:: Sekretariat: Jl. Sunan Bonang No 57 Rt 03/06, Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas 53182 Telp. (0281) 6843555/ Hp. 085600333667 ::

Ahlan wa Sahlan

Selamat Datang, kami ucapkan untuk seluruh santri baru di pondok pesantren Darussalam. Pendaftaran santri baru kini sudah memasuki gelombang kedua. seperti diprediksikan oleh panitia penerimaan santri baru. pada gelombang kedua ini hampir seluruh pendaftar merupakan mahasiswa dari universitas di Purwokerto, seperti IAIN Purwokerto, UNSOED, UMP, dan STIKES Harapan Bangsa.Total santri baru yang sudah mendaftar saat ini tidak kurang dari 80 orang, dan yang sudah mulai menempati sekitar 50 orang. Kebanyakan mereka akan mulai menempati pondok pada saat mulai perkuliahan di kampus masing-masing.Khusus pondok putra pengurus memberi kebijakan baru dengan membuat kamar baru karena kuota santri sudah sangat banyak. Dengan adanya kamar baru tersebut kuota santri putra yang dapat diterima tahun ini bisa mencapai 100 orang.Sementara pondok putri dikabarkan saat ini sudah mencapai kuota maksimal. Pengurus saat ini sedang mengusahakan kebijakan baru agar dapat menerima santri baru. Pendaftaran santri baru akan masih terus dibuka hingga tanggal 15 September 2015 mendatang. Adapun mekanisme pendaftaran dapat dilakukan dengan cara langsung menuju ke sekretariat Pondok Pesantren Darussalam.

Ayat-Ayat Astronomi

(Studi Tafsier Al-Qur’an dan Astronomi Modern)
Oleh : Imam Labib Hibaurrohman, Lc


Perselisihan yang terjadi dalam penentuan awal bulan hijriyah terutama dalam masalah menetukan awal Ramadhan dan Syawal selama ini sedikit banyaknya sudah merambah pada perubahan paradigma masyarakat tentang ketidak akuran antar pemimpin mereka bahkan kelompok pada masalah persatuan dan kesatuan umat dalam hal keyakinan menjalankan ibadah. Embrio permusuhan kecil-kecilanpun sudah mulai bergesekan antara kelompok sehingga kebersamaan dalam ibadahpun semakin ada kerenggangan dan menjurus kepada individualis akan egoime masing-masing yang disesuaikan dengan pemahaman serta pemikiran dari golongannya. Penentuan awal bulan dengan berbagai macam metode akan menimbulkan berbagai macam penetapan dan keputusan yang berbeda pula akibat dari dasar pengambilan hukum yang berbeda-beda dan inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya ikhtilaful fiqh.[1]

Metode dalam menentukan masuknya bulan baru di kalangan umat Islam ada dua, yaitu pertama: Dengan cara mengamati bulan secara langsung pada hari ke-29 (malam ke-30) bulan berjalan. Jika bulan terlihat pada hari itu maka malam itu atau keesokan harinya dinyatakan sebagai bulan baru apabila hilal tidak terlihat, maka malam itu dan keesokan harinya dijadikan sebagai hari yang ke-30 bulan berjalan dan bulan barunya dimulai lusa  Kedua: Tanpa melihat hilal melainkan menetapkan kriteria astronomis tertentu untuk memasuki bulan baru. Jika kriteria  tersebut telah terpenuhi maka malam itu atau hari esoknya dinyatakan sebagai bulan baru dan apabila kriteria itu belum terpenuhi maka malam itu atau keesokan harinya baru dijadikan sebagai hari terakhir bulan berjalan dan bulan barunya dimulai lusa.[2]




[1] Yusuf Qardhawi, As- Shahwatu al- Islamiyah Baina al-Ikhtilaf al-Masyru’ wa at-Tafaruq al-Mazdmum, Terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid (Jakarta: Robbani Press, 1995) cet. III, h. 11-13., Khariri Shofa, dkk, Laporan Penelitian Kolektif Penentuan Awal Ramadhan-Syawal: Antara Teks dan Perkembangan Astronomi Modern Studi Hadis-hadis Rukyatul Hilal (Kementerian Agama RI, 2012)).     
[2] Syamsul Anwar, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2001), cet. I, h. 56.  

Pesantren dan Sayhriyah

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang memiliki peran dan posisi yang vital dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Merujuk pada pasal 3 UU Sisdiknas di sana dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari hal tersebut terlihat jelas bahwa
fungsi-fungsi itu diaktualisasikan di pesantren di mana pesantren menjadi lembaga yang membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang memiliki kepribadian baik, mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
        Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pesantren tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu umum dan ilmu kemasyarakatan dan yang terpenting adalah adanya character building yang benar-benar ditekankan oleh pesantren. Seorang santri dicetak menjadi manusia yang berkepribadian tinggi yaitu manusia yang mampu mengabdikan ilmunya dalam masyarakat, apalagi adanya konsep “ngalap berkah” dalam pesantren yang menjadi suatu ciri khas tersendiri yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
                Menyadari peran yang istimewa tersebut, sebuah pesantren dituntut mampu mengelola manajemen pesantrennya baik manajeman pendidikan, manajemen keuangan maupun manajemen sumber daya. Kita menyadari bahwa di banyak pesantren, masalah keuangan selalu menjadi kendala dalam menjalankan aktivitas pesantren. Untuk itu pesantren harus mampu menata keuangannya agar tidak menghambat kegiatan di pesantren.
                Ada berbagai macam model keuangan (pembayaran syahriah) di pesantren. Diantaranya, ada pesantren yang menggratiskan atau tidak memungut biaya pada para santrinya untuk membayar syahriah pesantren. Biasanya pesantren ini memiliki visi sosial, Pondok Pesantren Nurul Huda, Langgongsari, Cilongok yang diasuh oleh Gus Abror, misalnya. Berangkat dari keprihatinan terhadap nasib anak yatim, pondok pesantren ini mengasuh anak-anak yatim tanpa pungutan biaya. Santri di pondok pesantren ini  belajar di pesantren, dan hebatnya mereka juga sekolah formal di SMP Al Aqwiya, SMP yang juga dibentuk oleh pesantren ini yaitu sekolah alam yang  metodenya sama dengan sekolah formal tetapi tanpa memakai seragam. Sekolah alam ini dibuka pada 2011-2012 dengan jumlah siswa mencapai 71 orang. Selain itu Pondok Pesantren Anwarus Sholihin, Pamujan-Teluk juga membebaskan biaya pada para santrinya terutama anak yatim dan mereka disekolahkan di SMP Ma’arif NU 3 Purwokerto.
                Ada juga pondok pesantren yang menarik biaya mahal pada santrinya, ini terutama terjadi di pesantren-pesantren modern seperti pondok pesantren Gontor, tentunya biaya mahal ini juga sepadan dengan fasilitas yang ditawarkan oleh pesantren tersebut.
                Sedangkan di pondok pesantren kita, Ponpes Darussalam sendiri, biaya pembayaran syahriah sejumlah Rp 75.000, ditambah biaya untuk konsumsi Rp 225.000,00. Jadi setiap bulan santri wajib membayar Rp 300.000. Biaya ini terbilang murah sebab dengan fasilitas yang mewah, gedung lantai dua, halaman yang luas, kelas yang kondusif dan berbagai fasilitas lainnya. Dari segi konsumsi juga terbilang murah jika dibandingkan dengan kalkulasi jika santri mencari makan sendiri, uang sejumlah Rp 300.000 itu dipergunakan untuk makan 3 kali sehari selama satu bulan.
       Metode apapun yang diterapkan pesantren dalam mengelola keuangannya, disini jelas bahwa pesantren di masa kini dituntut untuk berbenah, menata diri dalam menghadapi persaingan ilmu pengetahuan maupun pengelolaan pendidikan sehingga Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang maju dan dapat bersaing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berbasis pada nilai-nilai spiritual yang handal.
Dewi Oktavianingrum

Contact


Koordinator Pendaftaran

Instansi
Nama
Nomor
IAIN
Iing Ilham Kurniawan
085866124088
UMP
Defrian Galdi
085642564480
UNSOED
Muhammad Ihsan
085747802383
BSI
Munji Sutopo
085641909994
STIKES HB
M. Fatkhurroji
085640467998
AKBID YLPP
Kurniasih
085726085498
MAN 1
Choirul Huda
085726051720
MAN 2
Indana Maula
085747192577


Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan langsung ke sekretariat pendaftaran